Selasa, 27 November 2012

Contoh Kasus Penduduk dan Dinamika Penduduk


Emosi Penduduk Singapura Paling Datar


Penduduk Singapura memiliki masalah dengan emosi mereka. Ini bukan berarti mereka memiliki perasaan negatif atau merusak, tetapi mereka tidak memiliki rasa apapun terhadap segala sesuatu yang dialaminya sehari-hari.

Jon Clifton, peneliti Gallup dan Direktur Gallup Goverment Group dalam situs lembaga konsultan strategik itu, Rabu (21/11/2012) mengatakan, selama ini Singapura dianggap sebagai negera tanpa masalah dalam urusan kesejahteraan warganya.

Singapura menempati negara kedua dalam Indeks Daya Saing Global yang diluncurkan Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2012-2013, peringkat ke-26 dalam Indeks Pembangunan Manusia (HDI) 2011, dan peringkat keempat dalam Angka Harapan Hidup.

Selain itu, Singapura dikenal memiliki tingkat pengangguran yang rendah dan pendapatan per kapita penduduknya termasuk salah satu yang tertinggi di dunia. Kehidupannya pun sangat teratur.

Namun, itu semua tidak menimbulkan perasaan apapun bagi warganya, termasuk rasa senang.

Survei terbaru Gallup yang diumumkan Rabu (21/11/2012) menunjukkan warga Singapura memiliki emosi paling rendah di dunia, baik itu emosi positif atau emosi negatif. Sebaliknya, masyarakat Filipina, hidupnya dipenuhi dengan gejolak sehingga menjadi masyarakat dengan emosi tertinggi di dunia.

Survei melalui telepon ini dilakukan pada 1.000 orang responden berumur lebih dari 15 tahun di lebih dari 150 negara. Mereka ditanya apakah memiliki 5 emosi negatif dan 5 emosi positif pada sehari sebelumnya.

Kelima emosi negatif yang ditanyakan adalah marah, stres, sedih, nyeri fisik, dan khawatir. Sedangkan kelima emosi positif yang diajukan adalah istirahat cukup, banyak tersenyum dan tertawa, dihargai dengan penuh hormat, bersenang-senang, dan belajar atau melakukan sesuatu yang menarik.

Dari setiap jawaban 'Ya', Gallup kemudian merepresentasikannya dalam ukuran penduduk di setiap negara. Dari sini diperoleh, hanya 36 persen penduduk Singapura yang mengalami emosi positif atau emosi negatif tersebut pada hari sebelumnya. Ini berarti 64 persen penduduk Singapura tidak memiliki emosi apapun terhadap hal-hal yang dialaminya sehari sebelumnya.

Berikut ini daftar 10 negara yang emosi warganya paling rendah : 1. Singapura 36 persen 2. Georgia 37 persen 3. Lithuania 37 persen 4. Rusia 38 persen 5. Madagaskar 38 persen 6. Ukraina 38 persen 7. Belarusia 38 persen 8. Kazakhstan 38 persen 9. Nepal 38 persen 10 Kyrgystan 38 persen

Sedangkan, daftar 15 negara dengan emosi paling tinggi adalah :Filipina 60 persen El Salvador 57 persen Bahrain 56 persen Oman 55 persen Kolombia 55 persen Cile 54 persen Kostarika 54 persen Kanada 54 persen Guatemala 54 persen Bolivia 54 persen Ekuador 54 persen Republik Dominika 54 persen Peru 54 persen Nikaragua 54 persen Amerika Serikat 54 persen

Jika emosi positif dan negatif dipisah, Gallup menemukan penduduk Timur Tengah dan Afrika Utara adalah yang paling banyak memiliki 5 emosi negatif itu. Emosi negatif tertinggi dimiliki penduduk Irak, Paletina, dan Bahrain. Negara-negara ini umumnya didera berbagai persolan negatif, seperti kesulitan ekonomi, kerusuhan, revolusi, hingga perang.

Sedang yang paling banyak mendapat emosi positif adalah penduduk negara-negara Amerika Latin. Secara berurutan urutannya adalah Panama, Paraguay, dan Venezuela. Namun ini bukan berarti memiliki emosi negatif yang rendah karena hadirnya emosi positif bukan berarti mereka tidak memiliki emosi negatif.

Meski demikian, emosi negatif itu tidak cukup diatasi dengan ekonomi yang baik. Tingginya pendapatan per kapita (PDB) tidak menjamin warganya memiliki kesejahteraan jiwa yang ditunjukkan melalui gejolak emosi, apapun bentuknya. Singapura sudah membuktikannya.

Clifton menyatakan merasakan pengalaman sehari-hari sangat penting. Jika Singapura ingin masyarakatnya terus maju, maka pemerintahnya perlu membuat terobosan besar agar warganya bisa merasakan kegiatan sehari-hari mereka.

Penelitian yang dilakukan Gallup terhadap pengalaman sehari-hari warga Singapura menunjukkan mulai terjadinya hal-hal yang berkebalikan dengan kondisi ekonomi mereka. Tingkat kebahagiaan warga mulai menurun, demikian pula stimulasi intelektual, penghargaan atau penghormatan terhadap yang lain, bahkan perasaan memiliki istirahat yang cukup.

"Pemimpin Singapura perlu membuat strategi diluar batas-batas tradisional ekonomi klasik dengan menyertakan aspek kesejahteraan untuk memperbaiki kualitas hidup warganya," tulis peneliti Gallup dalam pernyataannya.

sumber :


http://oase.kompas.com/read/2012/11/22/23331342/Emosi.Warga.Singapura.Paling.Datar



Tidak ada komentar:

Posting Komentar