Selasa, 27 November 2012

Contoh Kasus Masalah Masyarakat Sosial

Masyarakat Depok Hadapi Masalah Sanitasi



Kota Depok hadapi permasalahan pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, dan perilaku hidup sehat. Hal ini terbukti dari hasil analisis data survei EHRA (Environmental Health Risk Assesment) pada Juli 2011.

Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Depok mengumumkan akar masalah sanitasi di Kota Depok dalam acara "Peluncuran Buku Putih Sanitasi Kota Depok," pada Selasa (25/10).

Dari hasil data EHRA, banyak permasalahan sanitasi dengan risiko tinggi dan sangat tinggi yang dihadapi oleh kelurahan-kelurahan di Kota Depok. Risiko yang dihadapi oleh kelurahan-kelurahan di Kota Depok terkait dengan pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, dan perilaku hidup sehat masyarakat.

Permasalah yang dihadapi Kota Depok terkait pengolahan air limbah disebabkan penyedotan tangki septik yang tidak teratur yang dilakukan oleh masyarakat, "Banyak warga yang tidak melakukan penyedotan tangki septik lebih dari 10 tahun," ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Depok, Khamid Wijaya.

Dalam pengolahan sampah, hasil pengumpulan data Pokja Sanitasi menemukan tiga masalah dasar, yaitu tempat pengumpulan sampah yang tidak mencukupi, waktu pengumpulan sampah yang lama, dan tidak adanya tempat pengolahan sampah. Sedangkan dari perilaku sehat, penelitian mendapati masyarakat Kota Depok jarang mencuci tangan dengan sabun pada lima waktu kritis.

Sanitasi buruk di Kota Depok menyebabkan terjadinya proses pencemaran. Berdasarkan data pelayanan dinas terkait di Kota Depok, pelayanan sanitasi bagi masyarakat tergolong biasa-biasa saja, "Dari penelitian, semua kelurahan memiliki masalah sanitasi," ujar Khamid.

Berdasarkan hasil data ini, Kota Depok fokus untuk ikut dalam Program Percepatan Sanitasi Perkotaan (PPSP). Hasil penelitian ini akan dilanjutkan dengan penyusunan Startegi Sanitasi Kota (SSK) yang akan diterapkan pada kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, sebagai kelurahan yang memiliki risiko sangat besar masalah sanitasi.


sumber :


Contoh Kasus Masyarakat Perkotaan di Jakarta


Kepadatan Penduduk Sebagai Akar dari Permasalahan Kota Jakarta


Berbicara mengenai permasalahan perkotaan di Indonesia, pikiran kita tidak bisa terlepas dari Jakarta. Jakarta adalah contoh yang sangat pas untuk membahas sebuah – permasalahan dalam kota. Khususnya masalah kepadatan penduduk. Masih jelas di kepala kita, beberapa waktu yang lalu banyak isu yang menyebutkan bahwa ada rencana pemindahan ibu kota Republik Indonesia. Kenapa? Karena Ibu kota yang sekarang dinilai tidak layak lagi untuk dijadikan sebagai ibu kota. Ada alasan yang begitu rumit untuk dijelaskan bahkan, aparat yang katanya pemimpin kota dan negeri ini pun kelimpungan dan terkesan ngumpet-ngumpet ketika ditanyakan mengenai kota yang amat sembrawut ini. Tidak hanya mengenai pemindahan kota Jakarta, tetapi yang lebih mengerikan dari pada itu adalah ada wacana yang disebutkan para ahli bahwa 2080 ada kemungkinan Jakarta akan tenggelam. Tidak heran jika Koran Jakarta Post edisi Jumat, 08/21/2010 juga memperjelas hal tersebut mungkin akan terjadi, karena hari-hari ini pun kerap terjadi banjir di Jakarta.

Untuk itu, baik buat kita sekalian untuk mengerti arti dari sebuah kota. Kota. Sangat sulit mendefinisikan kota secara umum, Pakar Perkotaan Gino Germani pun sepakat dengan hal itu. Untuk dapat mendefinisikan kota harus dilihat dari berbagai sudut pandang. Misalnya Gino Germani, ia mengatakan bahwa kota itu dapat dilihat dari dua sudut. Pertama demografis, yaitu bahwa kota itu pasti dihuni oleh penduduk yang relative besar. Kedua sosiologis, yaitu dilihat dari banyak aspek seperti hukum (Athena dan Sparta), ekonomi (Pusat Industri) dan social (personal). Jika pendapat ini dihubungkan dengan Jakarta, maka Jakarta dapat dikatakan sebagai akumulasi dari semua aspek tersebut. Jakarta sebagai pusat ekonomi, social, budaya, hukum pemerintahan dan juga politik. Jakarta menjadi pusat segala peradaban yang terjadi di Indonesia. Semuanya ada di Jakarta. Masyarakat Indonesia memandang Jakarta sebagai tambang emas, karena semuanya ada di Jakarta. Oleh karena itu banyak para urban berbondong-bondong ke kota ini dengan tujuan dapat merubah kondisi perekonomian di desa.

Jakarta dalam Surat kabar The Jakarta Post (edisi Jumat, 21 Agustus 2010) menyebutkan bahwa penduduk Jakarta berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Menurut hasil sensus nasional terakhir, ibu kota dihuni oleh hampir 9,6 juta orang melebihi proyeksi penduduk sebesar 9,2 juta untuk tahun 2025. Populasi kota ini adalah 4 persen dari total penduduk negara, 237.600.000 orang.

Dengan angka-angka ini, kita dapat melihat bahwa populasi kota telah tumbuh 4,4 persen selama 10 tahun terakhir, naik dari 8,3 juta pada tahun 2000. Apa yang dikatakan angka-angka ini? “Ibukota telah kelebihan penduduk.” Pada tingkat ini, Jakarta memiliki kepadatan penduduk 14.476 orang per kilometer persegi. Sebagai akibatnya, para pembuat kebijakan kota perlu merevisi banyak target pembangunan kota ini, termasuk penciptaan lapangan kerja, ketahanan pangan, perumahan, kesehatan dan infrastruktur, sebagai peredam masalah pada saat kota sudah mengalami kepadatan penduduk yang sangat menghawatirkan.

PENYEBAB

Jumlah penduduk ditentukan oleh : 1. Angka kelahiran 2. Angka kematian 3. Perpindahan penduduk, yang meliputi :a. Urbanisasi, b. Reurbanisasi, c. Emigrasi, d. Imigrasi, yaitu e. Remigrasi, f. Transmigrasi. Yang menjadi focus penyebab kepadatan penduduk Jakarta saat ini adalah adalah Urbanisasi. Dimana, fakta berbicara bahwa penduduk kota Jakarta mayoritas adalah para urban. Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta 2010 mengatakan bahwa jumlah penduduk Jakarta bertambah sebanyak 134.234 jiwa per tahun. Jika tidak ada program dari pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, maka pada 2020 Jakarta akan menjadi lautan manusia. Kenapa mereka berurbanisasi ke Jakarta?

Ada banyak faktor yang memicu urbanisasi misalnya; modernisasi teknologi, rakyat pedesaan selalu dibombardir dengan kehidupan serba wah yang ada di kota besar sehingga semakin mendorong mereka meninggalkan kampungnya. Pendidikan. Faktor pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap melunjaknya jumlah penduduk. Universitas terbaik di Indonesia baik negeri maupun swasta ada perkotaan termasuk di Jakarta. Lapangan Kerja. Jakarta sebagai kota besar dan berpenduduk banyak tentunya sangat menjanjikan untuk orang-orang kecil yang berniat untuk mencari sesuap nasi dikota ini mulai dari pedagang kaki lima (PKL), pedagang asongan, tukang ojek, tukang sngat menjanjikan untuk hidup.emir sepatu, buruh pabrik, pembantu rumah tangga, office boy, satpam, sopir, kondektur dll yang penting bisa bekerja tanpa nmempunyai keahlian khusus. Jika ditambah dengan orang-arang yang berkeahlian khusus yang didatangkan dari luar kota maupunh luar negeri untuk bekerja di Jakarta. Pusat Hiburan. Jakarta merupakan magnet dan pintu gerbang Indonesia. Indonesia mempunyai daya tarik tersendiri sebagai kota Jakarta dekat dengan tempat – tempat hiburan yang sperti mall, pantai indah kapuk, dufan, pantai Tidung, sea world dan banyak arena-arena yang lainnya yang tidak ada di kota-kota lain di Indonesia.

DAMPAK

Pasti ada dampak dari suatu hal yang berlebihan begitu pula overloadnya Jakarta. Kesesakan yang diakibatkan oleh berlebihannya pendduduk Jakarta mengakibatkan; Sifat Konsumtif, Kekumuhan kota, Kemacetan lalu lintas, Kriminalitas yang tinggi, Struktur kota yang berantakan, isu Jakarta tenggelam, Banjir, pelebaran kota dengan tata kota yang tidak baik, melonjaknya sector informal, terjadinya kemerosotan kota, dan pengembangan industry yang menghasilkan limbah.

Dalam hal perbaikan, pemerintah Jakarta memang mengambil langkah-langkah untuk membatasi urbanisasi. Pemerintah mengeluarkan peraturan yang membatasi masuknya migran ke kota, dengan hanya mereka yang telah dijamin pekerjaannya diijinkan untuk tinggal di kota, sementara petugas dari lembaga ketertiban umum kota sering melakukan serangan terhadap warga ilegal.

Semua upaya untuk mengekang tingkat kelahiran di kota itu akan menjadi tidak berarti jika kita tidak dapat membatasi urbanisasi. Untuk mengatasi masalah ini, Jakarta tidak bisa bekerja sendiri karena masih ada faktor yang mendorong urbanisasi dari berbagai daerah. Namun Semua masalah ini hanya bisa dipecahkan jika ada kemauan politik dari pemerintah pusat untuk menangani masalah mengurangi kesenjangan antara Jakarta dan provinsi-provinsi lainnya.

http://sosbud.kompasiana.com/2010/12/05/kepadatan-penduduk-sebagai-akar-dari-permasalahan-kota-jakarta/

Contoh Kasus Masyarakat & Masyarakat Pedesaan


KEHIDUPAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT SUKU BADUY DI BANTEN

Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden).

Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo

Wilayah kanekes bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Tidak heran bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa sunda dialek Sunda-Banten. Namun mereka juga lancar menggunakan Bahasa Indonesia ketika berdialog dengan penduduk luar.
Suku Baduy sendiri terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001). Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam. Yaitu kelompok Baduy yang paling ketat mengikuti adat mereka. Terdapat tiga kampung pada kelompok Baduy dalam yaitu: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Ciri khas orang Baduy Dalam adalah mereka mengenakan pakaian yang berwarna putih alami dan biru tua serta mengenakan ikat kepala putih.

Kelompok yang kedua adalah Baduy Luar atau dikenal sebagai kelompok masyarakat panamping. Yang berciri mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam. Dan tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Lain halnya kelompok ketiga disebut dengan Baduy Dangka, mereka tinggal di luar wilayah Kanekes tidak seperti Baduy Dalam dan Luar. dan saat ini hanya 2 kampung yang tersisa yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam).
Kepercayaan Suku Baduy atau masyarakat kanekes sendiri sering disebut dengan Sunda Wiwitan yang berdasarkan pada pemujaan nenek moyang (animisme), namun semakin berkembang dan dipengaruhi oleh agama lainnya seperti agama Islam, Budha dan Hindu. Namun inti dari kepercayaan itu sendiri ditunjukkan dengan ketentuan adat yang mutlak dengan adanya “pikukuh” ( kepatuhan) dengan konsep tidak ada perubahan sesedikit mungkin atau tanpa perubahan apapun.

Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. masyarakatnya mengunjungi lokasi tersebut dan melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan kalima. Hanya ketua adat tertinggi puun dan rombongannya yang terpilih saja yang dapat mengikuti rombongan tersebut. Di daerah arca tersebut terdapat batu lumping yang dipercaya apa bila saat pemujaan batu tersebut terlihat penuh maka pertanda hujan akan banyak turun dan panen akan berhasil, dan begitu juga sebaliknya, jika kering atau berair keruh pertanda akan terjadi kegagalan pada panen. 
Mata pencaharian masyarakat Baduy adalah bertani dan menjual buah-buahan yang mereka dapatkan dari hutan. Selain itu Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba yang masih rutin diadakan setahun sekali dengan mengantarkan hasil bumi kepada penguasa setempat yaitu Gubernur Banten
Dari hal tersebut terciptanya interaksi yang erat antara masyarakat Baduy dan penduduk luar. Ketika pekerjaan mereka diladang tidak mencukupi, orang Baduy biasanya berkelana ke kota besar sekitar wilayah mereka dengan berjalan kaki, umumnya mereka berangkat dengan jumlah yang kecil antara 3 sampai 5 orang untuk mejual madu dan kerajinan tangan mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya
 Perdagangan yang semula hanya dilakukan dengan barter kini sudah menggunakan mata uang rupiah. Orang baduy menjual hasil pertaniannya dan buah-buahan melalui para tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.

BADUY BUKAN SUKU TERASING
Provinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang teguh adat tradisi yaitu Suku Baduy yang tinggal di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy pada umumnya terletak pada daerah aliran sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng – Banten Selatan. Letaknya sekitar 172 km sebelah barat ibukota Jakarta; sekitar 65 km sebelah selatan ibukota Provinsi Banten.
 
Masyarakat Baduy yang menempati areal 5.108 ha (desa terluas di Provinsi Banten) ini mengasingkan diri dari dunia luar dan dengan sengaja menolak (tidak terpengaruh) oleh masyarakat lainnya, dengan cara menjadikan daerahnya sebagai tempat suci (di Penembahan Arca Domas) dan keramat. Namun intensitas komunikasi mereka tidak terbatas, yang terjalin harmonis dengan masyarakat luar, melalui kunjungan.
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, masyarakat yang memiliki konsep inti kesederhanaan ini belum pernah mengharapkan bantuan dari luar. Mereka mampu secara mandiri dengan cara bercocok tanam dan berladang (ngahuma), menjual hasil kerajinan tangan khas Baduy, seperti Koja dan Jarog (tas yang terbuat dari kulit kayu Teureup); tenunan berupa selendang, baju, celana, ikat kepala, sarung serta golok/parang, juga berburu.

Masyarakat Baduy bagaikan sebuah negara yang tatanan hidupnya diatur oleh hukum adat yang sangat kuat. Semua kewenangan yang berlandaskan kebijaksanaan dan keadilan berada di tangan pimpinan tertinggi, yaitu Puun. Puun bertugas sebagai pengendali hukum adat dan tatanan hidup masyarakat yang dalam menjalankan tugasnya itu dibantu juga oleh beberapa tokoh adat lainnya. Sebagai tanda setia kepada Pemerintahan RI, setiap akhir tahun suku yang berjumlah 7.512 jiwa dan tersebar dalam 67 kampung ini mengadakan upacara Seba kepada “Bapak Gede” (Panggilan Kepada Bupati Lebak) dan Camat Leuwidamar.
Pemukiman masyarakat Baduy berada di daerah perbukitan. Tempat yang paling rendah berada pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Sehingga dapat dibayangkan bahwa rimba raya di sekitar pegunungan Kendeng merupakan kawasan yang kaya akan sumber mata air yang masih bebas polusi.

Lokasi yang dijadikan pemukiman pada umumnya berada di lereng gunung, celah bukit serta lembah yang ditumbuhi pohon-pohon besar, yang dekat dengan sumber mata air. Semak belukar yang hijau disekitarnya turut mewarnai keindahan serta kesejukan suasana yang tenang. Keheningan dan kedamaian kehidupan yang bersahaja.

Referensi:

Contoh Kasus INTERNALISASI, BELAJAR DAN SPESIALISASI



Orang Rusia Tergila-gila dengan Budaya Indonesia dan Mempelajari Bahasa Indonesia



Siapa bilang Indonesia tidak dikenal. Bagi penduduk Rusia bagian Timur, mereka mempelajari bahasa dan budaya Indonesia di Universitas Federal Timur Jauh atau yang dikenal dengan FEFU. Lulusannya dijamin cas-cis-cus berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Inilah salah satu jurusan Indonesia yang anyar yang perlu dibantu. Mau tahu tentang FEFU?

Universitas Federal Timur Jauh Rusia (Far Eastern Federal University/FEFU) saat ini menjadi salah satu perguruan tinggi terbesar, modern dan bertaraf Internasional di Rusia. Sebelumnya, Universitas ini bernama Universitas Nasional Timur Jauh (Far Eastern National University/FENU). Perubahan FENU menjadi FEFU setelah terjadi penggabungan beberapa sekolah tinggi dan perguruan tinggi yang ada di wilayah Timur Jauh Rusia.

Kampus FEFU yang baru ini berada di Pulau Russkiy dan saat ini belum digunakan untuk proses belajar mengajar. Lokasi kampus sangat cocok untuk tempat studi karena jauh dari hingar bingar keramaian kota besar. Kampus yang menghadap ke Laut Jepang ini dapat memberikan inspirasi dan ketenangan bagi mahasiswa dalam belajar.

FEFU tidak akan kalah bersaing dengan kampus-kampus dunia lainnya yang sudah ada. FEFU dapat lebih dikenal karena dijadikan tempat pelaksanaan KTT APEC 2012 tanggal 8-9 September 2011 dimana hadir pula Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada saat pendirian tahun 1899, universitas ini bernama Institut Ketimuran. Tahun 1956 berganti nama menjadi FENU, dan sejak tahun 2010 menjadi ini FEFU. Jumlah mahasiswa yang studi di berbagai jurusan dan jenjang pendidikan saat ini lebih dari 41 ribu orang, termasuk mahasiswa yang mendalami bahasa Indonesia dan studi Indonesia.

Melihat pentingnya pengembangan hubungan dengan kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, tahun 2006 dibuka jurusan Indonesia di FEFU sehingga mahasiswa dapat mempelajari tentang Indonesia, termasuk bahasanya. Spesialisasi ini merupakan spesialisasi baru di wilayah Timur Jauh Rusia. Namun demikian, peminatnya terlihat peminat yang mempelajari "Jamrud Khatulistiwa".

Jumlah dalam satu kelas memang tidak banyak. Saat ini terdapat 12 mahasiswa yang belajar bahasa Indonesia. Sementara yang telah lulus sebanyak 10 orang. Dari mahasiswa-mahasiswa yang mempelajari Indonesia ini, hampir sebagian besar pernah ke Indonesia untuk memperdalam bahasa dan budaya Indonesia melalui Program Beasiswa "Darmasiswa" dari pemerintah Indonesia.

Dengan melihat semangat para mahasiswa yang mempelajari Indonesia, pada tahun 2008 didirikan Pusat Kebudayaan dan Studi Republik Indonesia (PKSRI) di FEFU atas inisiatif FEFU  dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Federasi Rusia. Pendirian ini didukung secara aktif oleh Yury A. Moskalyev, seorang pengusaha setempat.

PKSRI  menyelenggarakan serangkaian program kegiatan, seperti kuliah umum tentang sejarah budaya Indonesia, sejarah Indonesia dan hubungan Indonesia-Rusia, pengajaran bahasa Indonesia bagi peminat bahasa Indonesia, penyelenggaraan malam persahabatan, penyelenggaraan perayaan hari nasional dan masyarakat Indonesia dan penyelenggaraan seminar dan pameran.

PKSRI menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya dan pameran untuk memperkenalkan masyarakat Vladivostok dan Primorsky region dengan budaya Indonesia. Selain itu, diselenggarakan pula Hari Budaya Indonesia, Malam Masakan Indonesia, Pameran Batik Indonesia dan lainnya.

Pada bulan September 2009, misalnya, masyarakat Vladivostok dapat melihat langsung pagelaran budaya Indonesia yang dipersembahkan oleh Tim Kesenian "Cantika". Penampilan antara lain mengisi panggung kehormatan pada Festival Film Internasional “Pacific Meridian”.  Pertunjukan tim kesenian Indonesia ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan KBRI Moskow yang didukung oleh Pemerintah Daerah Primorsky region dan FEFU.

Untuk membantu meningkatkan kualitas mahasiswa dalam mempelajari Indonesia, bahasa pada khususnya, pada tahun 2011 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerjasama dengan KBRI Moskow mendatangkan pengajar Bahasa Indonesia ke FEFU, yaitu Prof. I Gede Budasi. Selain itu, FEFU sendiri menghadirkan pengajar bahasa Indonesia dari Indonesia pada periode 2008-2011, seperti Prof. Suharjo, Agung Darmawan dan Suri Suryani. Sebelum akhir tahun ini, kembali seorang penutur asli Indonesia akan datang untuk mengajar.

Tekad kuat FEFU untuk mengembangkan studi Indonesia sangat besar. Akan tetapi terkendala pada tenaga pengajar. Oleh karena itu, KBRI Moskow terus berupaya bekerjasama dengan Kementeian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mendatangkan tenaga pengajar bahasa Indonesia ke FEFU yang saat ini dalam proses.

Peranan mahasiswa-mahasiswa yang studi Indonesia sangat besar. Indonesianis-Indonesianis muda ini  merupakan generasi baru sebagai penerus hubungan kedua bangsa. Keindonesiaan melekat pada mereka, seperti Valeria, seorang gadis Rusia yang pernah belajar bahasa Indonesia di UNPAK Bogor. Tidak jarang dia membantu sebagai penterjemah pada saat Anak Buah Kapal (ABK) WNI mengalami masalah dengan petugas pengawas perairan Rusia di Vladivostok dan Nakhodka mengenai pelanggaran hukum wilayah penangkapan ikan atau kepiting.

PKSRI diperuntukkan tidak hanya bagi mahasiswa dan staf pengajar Jurusan Asia Pasifik FEFU dan juga pecinta budaya Indonesia serta sahabat Indonesia. PKSRI terbuka untuk siapa saja yang mencintai Indonesia dan memiliki keinginan untuk mempererat hubungan kemitraan dan persahabatan dengan Indonesia, serta informasi tentang Indonesia.

FEFU memiliki hubungan yang erat dengan KBRI Moskow. Berbagai kegiatan bersama sering dilakukan. Dalam beberapa kunjungan ke Vladivostok, diselenggarakan kuliah umum tentang Indonesia dan hubungannya dengan Rusia, termasuk peluang dan tantangannya, seperti saat kunjungan Duta Besar Djauhari Oratmangun pada bulan April 2011 lalu.

Peluang kerjasama di bidang pendidikan dan budaya dengan Timur Jauh Rusia sangat besar. FEFU sudah berencana berkunjung ke Indonesia dalam waktu dekat untuk menjalin kerjasama dengan perguruan-perguruan tinggi di Indonesia. ()

Sumber :

http://m.tribunnews.com/2012/09/09/orang-rusia-pun-tergila-gila-dengan-budaya-indonesia

Contoh Kasus Penduduk dan Dinamika Penduduk


Emosi Penduduk Singapura Paling Datar


Penduduk Singapura memiliki masalah dengan emosi mereka. Ini bukan berarti mereka memiliki perasaan negatif atau merusak, tetapi mereka tidak memiliki rasa apapun terhadap segala sesuatu yang dialaminya sehari-hari.

Jon Clifton, peneliti Gallup dan Direktur Gallup Goverment Group dalam situs lembaga konsultan strategik itu, Rabu (21/11/2012) mengatakan, selama ini Singapura dianggap sebagai negera tanpa masalah dalam urusan kesejahteraan warganya.

Singapura menempati negara kedua dalam Indeks Daya Saing Global yang diluncurkan Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2012-2013, peringkat ke-26 dalam Indeks Pembangunan Manusia (HDI) 2011, dan peringkat keempat dalam Angka Harapan Hidup.

Selain itu, Singapura dikenal memiliki tingkat pengangguran yang rendah dan pendapatan per kapita penduduknya termasuk salah satu yang tertinggi di dunia. Kehidupannya pun sangat teratur.

Namun, itu semua tidak menimbulkan perasaan apapun bagi warganya, termasuk rasa senang.

Survei terbaru Gallup yang diumumkan Rabu (21/11/2012) menunjukkan warga Singapura memiliki emosi paling rendah di dunia, baik itu emosi positif atau emosi negatif. Sebaliknya, masyarakat Filipina, hidupnya dipenuhi dengan gejolak sehingga menjadi masyarakat dengan emosi tertinggi di dunia.

Survei melalui telepon ini dilakukan pada 1.000 orang responden berumur lebih dari 15 tahun di lebih dari 150 negara. Mereka ditanya apakah memiliki 5 emosi negatif dan 5 emosi positif pada sehari sebelumnya.

Kelima emosi negatif yang ditanyakan adalah marah, stres, sedih, nyeri fisik, dan khawatir. Sedangkan kelima emosi positif yang diajukan adalah istirahat cukup, banyak tersenyum dan tertawa, dihargai dengan penuh hormat, bersenang-senang, dan belajar atau melakukan sesuatu yang menarik.

Dari setiap jawaban 'Ya', Gallup kemudian merepresentasikannya dalam ukuran penduduk di setiap negara. Dari sini diperoleh, hanya 36 persen penduduk Singapura yang mengalami emosi positif atau emosi negatif tersebut pada hari sebelumnya. Ini berarti 64 persen penduduk Singapura tidak memiliki emosi apapun terhadap hal-hal yang dialaminya sehari sebelumnya.

Berikut ini daftar 10 negara yang emosi warganya paling rendah : 1. Singapura 36 persen 2. Georgia 37 persen 3. Lithuania 37 persen 4. Rusia 38 persen 5. Madagaskar 38 persen 6. Ukraina 38 persen 7. Belarusia 38 persen 8. Kazakhstan 38 persen 9. Nepal 38 persen 10 Kyrgystan 38 persen

Sedangkan, daftar 15 negara dengan emosi paling tinggi adalah :Filipina 60 persen El Salvador 57 persen Bahrain 56 persen Oman 55 persen Kolombia 55 persen Cile 54 persen Kostarika 54 persen Kanada 54 persen Guatemala 54 persen Bolivia 54 persen Ekuador 54 persen Republik Dominika 54 persen Peru 54 persen Nikaragua 54 persen Amerika Serikat 54 persen

Jika emosi positif dan negatif dipisah, Gallup menemukan penduduk Timur Tengah dan Afrika Utara adalah yang paling banyak memiliki 5 emosi negatif itu. Emosi negatif tertinggi dimiliki penduduk Irak, Paletina, dan Bahrain. Negara-negara ini umumnya didera berbagai persolan negatif, seperti kesulitan ekonomi, kerusuhan, revolusi, hingga perang.

Sedang yang paling banyak mendapat emosi positif adalah penduduk negara-negara Amerika Latin. Secara berurutan urutannya adalah Panama, Paraguay, dan Venezuela. Namun ini bukan berarti memiliki emosi negatif yang rendah karena hadirnya emosi positif bukan berarti mereka tidak memiliki emosi negatif.

Meski demikian, emosi negatif itu tidak cukup diatasi dengan ekonomi yang baik. Tingginya pendapatan per kapita (PDB) tidak menjamin warganya memiliki kesejahteraan jiwa yang ditunjukkan melalui gejolak emosi, apapun bentuknya. Singapura sudah membuktikannya.

Clifton menyatakan merasakan pengalaman sehari-hari sangat penting. Jika Singapura ingin masyarakatnya terus maju, maka pemerintahnya perlu membuat terobosan besar agar warganya bisa merasakan kegiatan sehari-hari mereka.

Penelitian yang dilakukan Gallup terhadap pengalaman sehari-hari warga Singapura menunjukkan mulai terjadinya hal-hal yang berkebalikan dengan kondisi ekonomi mereka. Tingkat kebahagiaan warga mulai menurun, demikian pula stimulasi intelektual, penghargaan atau penghormatan terhadap yang lain, bahkan perasaan memiliki istirahat yang cukup.

"Pemimpin Singapura perlu membuat strategi diluar batas-batas tradisional ekonomi klasik dengan menyertakan aspek kesejahteraan untuk memperbaiki kualitas hidup warganya," tulis peneliti Gallup dalam pernyataannya.

sumber :


http://oase.kompas.com/read/2012/11/22/23331342/Emosi.Warga.Singapura.Paling.Datar



Contoh Kasus Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat


PSK dan Warga Hidup Berdampingan di Sarkem

Sebuah rumah ibadah berdiri di salah satu sudut perkampungan Pasar Kembang alias Sarkem, Yogyakarta. Di pojok lainnya, bisa ditemui sekolah, termasuk anak-anak sekolah yang hilir mudik di gang-gang di perkampungan. Kehidupan di perkampungan ini terlihat berjalan normal layaknya perkampungan lainnya, yang bukan kawasan prostitusi.  

"Tidak semua yang tinggal di sini berbisnis esek-esek. Jadi fasilitas seperti masjid dan sekolahan bisa berada di sini sebagai fasilitas warga," ujar Atong, salah satu warga Sosrowijayan, akhir pekan lalu.

Di kawasan ini pun tidak pernah terjadi penolakan warga atas aktivitas lokalisasi Sarkem. Warga bahkan merasa mendapat tambahan pendapatan dengan membuka warung minuman, rokok, dan makanan. 

"Warung selain menjadi mata pencarian juga menjadi tanda bahwa rumah tersebut rumah warga biasa," ujar Pak Dhe, tukang becak yang juga menjadi penghubung dan pengantar pengunjung lokalisasi.

Tukang becak-tukang becak yang berjajar di sekitar Stasiun Tugu memang biasa mendapat pekerjaan sambilan. Penumpang kereta yang baru datang ke Yogya biasanya menjadi sasaran mereka untuk mendapat uang tambahan.

"Biasanya saya dapat tips dari pengunjung, nah dari mami saya juga dapat. Jadi saya dapat dobel. Soal jumlahnya tidak bisa saya rata-rata, terserah mereka. Tapi biasanya kisaran Rp 50.000," ujar Pak Dhe.

Menurut salah satu PSK yang tidak mau disebutkan namanya, lokalisasi di kota gudeg ini akan selalu tumbuh subur. "Kami selalu membayar pajak setiap bulannya, jadi lokalisasi ini aman dari razia," kata si PSK dengan yakin.

sumber :

http://regional.kompas.com/read/2012/10/02/15463068/PSK.dan.Warga.Hidup.Berdampingan.di.Sarkem


Contoh Kasus PRASANGKA, DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME

Demo Anti-Israel, Warga Tasikmalaya meminta McD dan KFC Ditutup Paksa



Ribuan santri dari Pondok Pesantren Miftahul Huda, Tasikmalaya, yang berunjuk rasa mengecam agresi militer Israel ke Palestina, mendatangi dan meminta restoran makansiap saji asal Amerika Serikat di Tasikmalaya ditutup. Kedatangan para santri membuat restoran siap saji McDonald's dan KFC di Jalan HZ Mustofa tutup, Rabu (21/11/2012) siang.

Aksi itu merupakan rangkaian unjuk rasa para santri mengecam serangan Israel ke Palestina. Sebelumnya, demonstran berkumpul di kawasan Tugu Adipura Tasikmalaya sembari diguyur hujan. Massa pun berjalan kaki menuju Jalan HZ Mustofa dan meminta restoran siap saji asal Amerika Serikat di kawasan itu ditutup. Sontak pengunjung restoran yang tengah makan pun membubarkan diri.

"Ini bentuk solidaritas kami terhadap jatuhnya korban muslim di Palestina oleh Israel. Kami minta toko asal Amerika ini tutup selama tiga hari," terang salah satu koordinator aksi, Hj Daliah Mutiara Affandi.

Jika tuntutan pendemo tidak direalisasikan, kata Daliah, pihaknya akan mendatangkan massa lebih banyak lagi. Mereka menyatakan menutup dua restoran siap saji itu karena menjadi salah satu antek Amerika Serikat.
"Kami hanya menunjukkan kepedulian terhadap Palestina," tandas Daliah.

Akibat aksi para santri ini, Jalan HZ Mustofa macet total. Sebab, pengunjuk rasa berjalan kaki sepanjang jalan kawasan bisnis itu sembari meneriakkan protes terhadap Israel. Aksi ini dikawal petugas dari Polres Tasikmalaya Kota.

sumber :

http://regional.kompas.com/read/2012/11/21/15403194/Demo.Anti-Israel.McD.dan.KFC.Ditutup.Paksa

Contoh Kasus Pemuda dan Sosialisasi



Beginilah Praktik PSK Muda di Pantai Ria Kolaka...


Jam baru menunjukkan pukul 21.00 Wita. Sabtu malam. Suasana di Pantai Ria Kolaka, Sulawesi Tenggara, kian ramai. Deretan kendaraan roda dua maupun roda empat terparkir rapi di beberapa sudut pantai kira-kira sepanjang satu kilometer.

Ingar-bingar suara musik dari sound system ala kadarnya terdengar dari kafe tenda remang-remang. Para pelayan kafe pun terlihat sibuk melayani pengunjung yang umumnya merupakan pasangan muda-mudi.

Di sudut pantai lainnya, aroma ikan bakar tercium dari deretan warung tenda yang menyajikan anekaseafood. Pantai Ria Kolaka memang menjadi salah satu lokasi favorit bagi anak muda Kolaka, khususnya yang ingin menghabiskan malam minggu dengan menikmati keindahan panorama pantai.

Tetapi, di salah satu sudut pantai lainnya, sekumpulan wanita yang rata-rata masih berusia muda dengan dandanan lumayan seksi terlihat asyik bercengkerama. Kepulan asap rokok keluar dari hidung dan mulut para remaja yang rata-rata berusia di bawah 20 tahun itu. “Saya pergi duluan nah, ada mijemputanku,” ujar salah seorang di antara mereka yang kemudian terlihat masuk ke dalam sebuah mobil dan pergi entah ke mana.

Bagi yang sudah terbiasa dengan kehidupan malam di Pantai Ria Kolaka, keberadaan para wanita muda ini sudah tidak asing lagi. Mereka merupakan pekerja seks komersial (PSK) yang kerap mangkal di sana. Jumlahnya dulu bisa mencapai belasan, tetapi seiring dengan tidak beroperasinya lagi perusahaan tambang di Kolaka, jumlah mereka juga kian berkurang. Mereka yang masih bertahan pun biasanya merupakan PSK lokal asal Kolaka.

MK misalnya, dia bercerita bahwa bisnis “pelacuran pinggir jalan” tersebut sudah berlangsung selama bertahun-tahun. “Oh, kalau yang di pantai itu sudah lama, perempuannya pun adalah pemain lama. Mereka di sana itu kalau sudah jam 10 malam mulai keluar semua, biasanya mereka nongkrong di dalam kafe, setelah itu pasti hilang satu-satu,” ungkapnya.

Meskipun bisnis pelacuran ini di pinggir jalan, tetapi para PSK yang ada tidak secara terang-terangan berdiri di pinggir jalan kemudian menjajakan dirinya...

Uniknya, meskipun bisnis pelacuran ini di pinggir jalan, tetapi para PSK yang ada tidak secara terang-terangan berdiri di pinggir jalan kemudian menjajakan dirinya. “Di sini itu berbeda, Pak, dengan daerah lain. Memang mereka itu pemain lama, tapi tidak berdiri di pinggir jalan. Namun, kalau orang yang sudah lama tinggal di Kolaka, tinggal datang di pantai, pasti dapat,” tambahnya.

Itulah yang membedakan “bisnis pelacuran pinggir jalan” di Kolaka dengan daerah lain. Selain tidak menampakkan diri di pinggir jalan, mereka juga berpakaian tidak terlalu mencolok. Padahal, kalau dinilai dari standar kelasnya, yang di pinggiran pantai inilah PSK yang paling bawah. Dengan kocek Rp 250.000 hingga Rp 750.000, lelaki hidung belang sudah bisa melampiaskan nafsunya.

“Walaupun kami bekerja sebagai PSK, tidak mungkin kami berdiri di pinggir jalan untuk cari pelanggan. Di Kolaka orang pasti sudah tahu kok di mana tempat kami nongkrong. Biasanya kalau yang sudah akrab dengan kami itu tidak membayar, mereka membeli saja minuman keras, kita minum sama-sama, setelah itu terserah mereka mau bawa kami ke hotel atau langsung pulang,' ungkap MK.

Oh, jadi mainnya itu di hotel, bukan di rumah kos atau ada tempat lain?  "Iya dong, harus di hotel,” ungkap BM saat menceritakan aktivitasnya ketika malam hari.

Dia menambahkan, masalah tarif relatif bagi PSK di sini. “Kalau yang baru kenal biasa sampai dengan Rp 100.000, tapi kalau yang sudah biasa, Rp 50.000 pun sudah jadi. Kami tidak memakai perantara, kami lebih senang bertemu langsung dengan calon pelanggan kami agar bisa lebih lama lagi bekerja sama, kan kalau sudah kenal bisa berlanjut,” cetusnya ringan.

Namun, pekerjaan mereka ini jelas bukan tanpa risiko. Hampir setiap malam jumat atau malam minggu mereka ditangkap polisi atau Satpol PP. “Kalau ada razia, kita kan biasanya tidak tahu. Tiba-tiba saja datang diangkut ke kantor mereka. Setelah diberi pembinaan kami pulang lagi. Terus terang saja, Pak. Kita bekerja sebagai PSK itu, selain untuk kesenangan, juga untuk makan,” tutupnya.


sumber :





Contoh Kasus Negara & Warga Negara


Ogah Digusur, Warga Bakar Ban dan Tutup Jalan


Ratusan warga Kampung Sawah, Cilincing, Jakarta Utara menggelar aksi protes dengan melakukan demonstrasi di Jalan Raya Cakung Cilincing terkait isu penggusuran. Warga yang berorasi memprotes adanya rencana penggusuran itu membakar ban mobil bekas sehingga menutup lokasi jalan.

Kepala Polisi Resor Metro Jakarta Utara, Kombes Muhammad Iqbal mengatakan, aksi tersebut terjadi lantaran warga mendapat informasi tempat tinggalnya akan digusur. Saat ini polisi sudah mengamankan kondisi tersebut dan mencegah gangguan keamanan dan ketertiban karena massa yang sudah mulai membakar ban di lokasi dan menutup jalan.

"Iya ada demo, ini soal penggusuran. Jadi warga di sini dapat isu bahwa akan digusur hari ini oleh pengadilan, makanya warga turun ke jalan demo," kata Iqbal, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (28/11/2012).
Kapolres mengatakan, saat ini tengah melakukan negosiasi dengan pengunjuk rasa untuk menghentikan aksi dan mencegah tindak anarkis lebih lanjut. "Situasi sudah kami amankan, sudah berangsur kondusif. Memang ada pembakaran ban tadi ya di jalan, tapi sudah kami kondusifkan untuk mencegah gangguan kamtibmas," ujar Kapolres.

Informasi yang dihimpun Kompas.com, aksi tersebut terkait rencana penggusuran lahan seluas 33 hektar di atas tempat tinggal warga. Di atas lahan itu ditempati oleh 1.500 kepala keluarga atau sebanyak 7.789 jiwa. Aksi yang mulai digelar sejak pukul 07.00 WIB pagi ini sempat membuat aparat kepolisian kewalahan dan menyebabkan kemacetan.


sumber :
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/11/28/10164377/Ogah.Digusur.Warga.Bakar.Ban.dan.Tutup.Jalan

Implementasi Ilmu Pengetahuan dan Kemiskinan

Nenek Jual Es untuk Kuliahkan Cucu...



Petronela Naben (69) namanya. Nenek yang satu ini sungguh luar biasa. Di usianya yang sudah senja, semangat kerjanya begitu tinggi, dan bahkan menjadi berkat buat banyak orang, terutama keluarganya. Buktinya, hanya dengan menjual es mambo milik majikannya, sang nenek mampu membiayai sekolah empat orang cucunya, bahkan seorang cucunya saat ini duduk di bangku perguruan tinggi.

Nenek Nela panggilan akrabnya mengaku sudah menggeluti profesi sebagai penjual es keliling sejak tahun 1970. bahkan, ia mengaku sudah mengabdi dan bekerja kepada majikannya sejak tahun tahun 1965 sebagai pembantu rumah tangga. Namun lima tahun kemudian, dia merangkap sebagai penjual es,  hingga hari ini.

"Setiap hari saya bawa es sebanyak Rp 50.000 dan kalau habis terjual saya dapat 20 persen. Uang tersebut saya simpan di bank untuk membiayai empat orang cucu adik saya di kampung. Cucu yang satu sekarang ini kuliah di Universitas Timor jadi saya rutin membayar semua keperluannya," kata Nela.

Nenek Nela yang berasal dari Eban, Kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur ini memilih tinggal di rumah majikannya di Kelurahan Kefamenanu Tengah, Kecamatan Kota kefamenanu, TTU.

Dia mengatakan, setiap pagi sekitar pukul 09.00 Wita dia sudah keluar dari rumah membawa es yang disimpan dalam termos berukuran sedang dengan lokasi jualan di sekolah serta di pasar. Sekitar pukul 16.00, s yang dibawa pasti habis terjual. Nenek Nela juga sempat berkeluh kesah lantaran dirinya pernah dijanjikan oleh pemerintah setempat untuk mendapatkan bantuan, tetapi tidak pernah direalisasikan.

"Saya pernah diminta foto oleh ketua RT yang katanya mau dapat bantuan, tetapi bantuan itu tidak pernah saya terima sampai sekarang," kata Nenek Nela.

sumber :

http://regional.kompas.com/read/2012/11/28/10193778/Nenek.Ini.Jual.Es.Kuliahkan.Cucu